Ketua DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya, menilai masalah kemiskinan menjadi salah satu dampak yang membuat anak sulit untuk mengikuti pembelajaran.
Kondisi itu disebut sebagai salah satu penyebab gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca para siswa.
Menurut Arya, kesulitan ekonomi yang dialami memberikan dampak pada siswa yang menjadi kurang belajar. Selain fokus untuk belajar, siswa harus ikut membantu orangtua.
Selain itu, karena banyak siswa dalam satu kelas, siswa yang mengalami gangguan belajar ini sering tidak mendapat perhatian serius.
Mereka akan tetap diluluskan, sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini.
“Apalagi ditekan oleh kurikulum harus meluluskan anak-anak, tidak ada lagi yang tidak naik kelas. Sehingga dilepas saja, tanpa berpikir akibatnya seperti ini,” kata dia, Rabu (16/4/2025) di Buleleng.
Arya meminta agar para guru tidak hanya berpatokan kepada kurikulum. Mereka diharapkan bisa mementingkan pembelajaran membaca, menulis, dan menghitung.
Dengan bisa membaca, siswa akan bisa menemukan dunia belajarnya sendiri serta mengetahui hal-hal baru yang bisa menambah kemampuannya.
“Ketika anak-anak tidak mampu menyerap pelajaran lain, kenapa harus dipaksakan dengan target itu? Pada akhirnya, akan mengganggu proses membaca,” sebut dia.
“Cukup berikan pelajaran membaca, ketika sudah bisa baca, siswa akan menemukan dunianya sendiri,” lanjut dia.
Arya menyebut, selain pembelajaran pada waktu normal, siswa yang mengalami keterlambatan ini juga harus diberikan pembelajaran tambahan.
Pemerintah diharapkan bisa memberikan solusi, salah satunya dengan menggunakan dana BOS untuk memberikan tambahan belajar atau les bagi siswa.
“Melihat fenomena yang ada, sepanjang untuk regulasi pendidikan tidak masalah (menggunakan dana BOS),” sambung Arya.
“Sepanjang bagaimana kesiapan tenaga pendidik dan sekolah-sekolah ketika ada anak yang mengalami gangguan belajar,” ucap dia.